Tuesday 14 April 2015

Novel Cinta

BERAWAL DARI BENCI

Bagi teman - teman yang suka membaca novel tentang cinta, saya akan berikan satu cerita menarik kisah cinta yang romantis. Selamat membaca.

 “Sahabat selalu ada disaat kita membutuhkannya, menemani kita disaat kita kesepian, ikut tersenyum disaat kita bahagia, bahkan rela mengalah padahal hati kecilnya menangis…”
***
Bel istirahat akan berakhir berapa menit lagi. Nadia harus segera membawa buku tugas teman-temannya ke ruang guru sebelum bel berbunyi. Jabatan wakil ketua kelas membuatnya sibuk seperti ini. Gubrak…. Buku-buku yang dibawa Nadia jatuh semua. Orang yang menabrak entah lari kemana. Jangankan menolongnya, meminta maaf pun tidak.

“Sial! Lari nggak pakek mata apa ya...” gerutu Nadia. Dengan wajah masam ia mulai jongkok untuk merapikan buku-buku yang terjatuh. Belum selesai Nadia merapikan terdengar langkah kaki yang datang menghampirinya.

“Kasian banget. Bukunya jatuh semua ya?” cemooh seorang cowok dengan senyum sinis. Sejenak Nadia berhenti merapikan buku-buku, ia mencoba melihat orang yang berani mencemoohnya. Ternyata dia lagi. Cowok berpostur tinggi dengan rambut yang selalu berantakan. Sumpah! Nadia benci banget sama cowok ini. Seumur hidup Nadia nggak bakal bersikap baik sama cowok yang ada di depannya ini. Lalu Nadia mulai melanjutkan merapikan buku tanpa menjawab pertanyaan cowok tersebut.

Cowok tinggi itu sepintas mengernyitkan alisnya. Dan kembali ia tercenung karena cewek di depannya tidak menanggapi. Biasanya kalau Nadia terpancing dengan omongannya, perang mulut pun akan terjadi dan takkan selesai sebelum seseorang datang melerai.

Teeeett… Bel tanda berakhirnya jam istirahat terdengar nyaring
“Maksud hati pengen bantu temen gue yang jelek ini. Tapi apa daya udah keburu bel. Jadi sori nggak bisa bantu.” ucap cowok tersebut sambil menekan kata jelek di pertengahan kalimat.
Cowok tersebut masih menunggu reaksi cewek yang ada di depannya. Tapi yang ditunggu tidak membalas dengan cemoohan atau pun ejekan.

“Lo berubah.” gumam cowok tersebut lalu berbalik bersiap masuk ke kelasnya. Begitu cowok itu membalikkan badannya, Nadia yang sudah selesai membereskankan buku mulai memasang ancang-ancang. Dengan semangat 45 Nadia mulai mengayunkan kaki kanannya kearah kaki kiri cowok tersebut dengan keras.
“Aduuuuhh” pekik cowok tersebut sambil menggerang kesakitan.
“Makan tuh sakit!!” ejek Nadia sambil berlari membawa buku-buku yang tadi sempat berserakan. Bisa dibayangkan gimana sakitnya tuh kaki. Secara Nadia pakai kekuatan yang super duper keras. Senyum kemenangan menghiasi di wajah cewek tinggi berambut ikal tersebut.
***
“Nadia….”
Nadia menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata dari kejauhan Nesya teman baiknya sejak SMP sedang berlari kearahnya. Dengan santai Nadia membalikkan badannya berjalan mencari motor matic kesayangannya. Ia sendiri lupa dimana menaruh motornya. Nadia memang paling payah sama yang namanya mengingat sesuatu. Masih celingak-celinguk mencari motor, Nesya malah menjitak kepalanya dari belakang.
“Woe non, nggak denger teriakan gue ya? Temen macam apa yang nggak nyaut sapaan temennya sendiri.” ucap Amel dengan bibir monyong. Ciri khas sahabatnya tersebut kalo lagi ngambek.
“Sori deh Sya. Gue lagi bad mood, pengen cepet pulang.”

“Bad mood? Jelas-jelas loe tadi bikin gempar satu kelas. Udah nendang kaki cowok sampai tuh cowok permisi pulang, enggak minta maaf lagi.” jelas Nesya panjang lebar.
“Hah? Sampe segitunya? Kan gue cuma nendang kakinya, masak segitu parahnya?” Nadia benar-benar nggak nyangka. Masa sih keras banget? Tuh cowok ternyata bener-bener lembek, pikirnya dalam hati.
“Nendang sih nendang tapi lo pakek tendangan super duper. Kasian Reno lho.”
“Enak aja. Orang dia yang mulai duluan.” bantah Nadia membela diri.
Sejenak Nesya terdiam, lalu berlahan bibirnya tersenyum tipis.


“Kenapa sih kalian berdua selalu berantem? Masalahnya masih yang itu? Itu kan SMP dulu banget. ” ujar Nesya polos, tanpa bermaksud mengingatkan kejadian yang lalu. “Lagi pula gue udah bisa nerima kalau Reno nggak suka sama gue.”
“Tau ah gelap!”
***
Bel pulang berbunyi nyaring bertanda jam pelajaran telah usai. Cuaca yang sedemikian panas tak menyurutkan niat para siswa SMA Harapan untuk bergegas pulang ke rumah. Nadia sendiri sudah membereskan buku-bukunya. Sedangkan Nesya masih berkutat pada buku catatanya lalu sesekali menoleh ke papan tulis.

“Makanya kalau nulis jangan kayak siput” Dengan gemas Nadia mencubit pipi Nesya. “Duluan ya, Sya. Disuruh nyokap pulang cepet nih!” Nesya hanya mendengus lalu kembali sibuk dengan catatanya.
Saat Nadia membuka pintu kelas, seseorang ternyata juga membuka pintu kelasnya dari luar.
“Eh, sori..” ucap Nadia kikuk. Tapi begitu sadar siapa orang yang ada di depannya, Nadia langsung ngasih tampang jutek kepada orang itu

“Ngapain loe kesini?! Masih sakit kakinya? Apa cuma dilebih-lebihin biar kemarin pulang cepet? Hah?! Jadi cowok kok banci baget!!!” Kesal Nadia.
Jujur Reno udah bosen kayak gini terus sama Nadia. Dia pengen hubungannya dengan Nadia bisa kembali seperti dulu.
“Nggak usah cari gara-gara deh. Gue cuma mau cari Nesya.” ucap Reno dingin sambil celingak celinguk mencari Nesya. “Hey Sya!” ucap Reno riang begitu orang yang dicarinya nongol.
“Hey juga. Jadi nih sekarang?” Nesya sejenak melirik Nadia. Lalu dilihatnya Reno mengangguk bertanda mengiyakan. “Nad, kita duluan ya,” ujar Nesya singkat.

Nadia hanya bengong lalu dengan cepat mengangguk. Dipandangi Nesya dan Reno yang kian jauh. Entah kenapa, perasaanya jadi aneh setiap melihat mereka bersama. Seperti ada yang sakit di suatu organ tubuhnya. Biasanya Reno selalu mencari masalah dengannya. Namun kini berbeda. Reno tidak menggodanya dengan cemoohan atau ejekan khasnya. Reno juga tidak menatapnya saat ia bicara. Seperti ada yang hilang. Seperti ada yang pergi dari dirinya.

***
Byuuurr.. Sirup rasa stowberry menggalir deras dari rambut Nadia hingga menetes ke kemeja putihnya. Nadia nggak bisa melawan. Ia kini ada di WC perempuan. Apalagi ini jam terakhir. Nggak ada yang akan bisa menolongnya sampai bel pulang berbunyi.
“Maksud loe apa?” bentak Nadia menantang. Ia nggak diterima di guyur kayak gini.
“Belum kapok di guyur kayak gini?” balas cewek tersebut sambil menjambak rambut Nadia. “Riz, mana sirupnya yang tadi?” ucap cewek itu lagi, tangan kanannya masih menjambak rambut Nadia. Rizka langsung memberi satu gelas sirup yang sudah siap untuk disiram ke Nadia.
“Loe mau gue siram lagi?” tanya cewek itu lagi.

Halo??!! Nggak usah ditanya pun, orang bego juga tau. Mana ada orang yang secara sukarela mau berbasah ria dengan sirup rasa stroberry? Teriak Nadia dalam hati. Ia tau kalau cewek di depannya ini bernama Linda. Linda terkenal primadona sekolah karena keganasannya dalam hal melabrak orang. Yeah, dari pada ngelawan terus sekarat masuk rumah sakit, mending Nadia diem aja. Ia juga tau kalau Linda satu kelas dengan Reno. Wait, wait.. Reno??? Jangan-jangan dia biang keladinya. Awas lo Ren, sampe gue tau loe biang keroknya. Gue bakal ngamuk entar di kelas lo!
“Gue rasa, gue nggak ada masalah ama loe.” teriak Nadia sambil mendorong Linda dengan sadisnya. Nadia benar-benar nggak tahan sama perlakuan mereka. Bodo amat gue masuk rumah sakit. Yang jelas ni nenek lampir perlu di kasih pelajaran.

Kedua teman Linda, Rizka dan Ayu dengan sigap mencoba menahan Nadia. Tapi Nadia malah memberontak. “Buruan Lin, ntar kita ketahuan.” kata Ayu si cewek sawo mateng.
Selang beberapa detik, Linda kembali mengguyur Nadia dengan sirup.
“Jauhin Reno. Gue tau loe berdua temenan dari SMP! Dulu lo pernah nolak Reno. Tapi kenapa loe sekarang nggak mau ngelepas Reno?!!”
“Maksud loe?” ledek Nadia sinis.
“Gue nggak kenal kalian semua. Asal lo tau gue nggak ada apa-apa ama Reno. Lo nggak liat kerjaan gue ama tuh cowok sinting cuma berantem?”
Plaakk.. Tamparan mulus mendarat di pipi Nadia.
“Tapi lo seneng kan?” teriak Linda tepat disebelah kuping Nadia. Kesabaran Nadia akhirnya sampai di level terbawah.

Buuugg! Tonjokan Nadia mengenai tepat di hidung Linda. Linda yang marah makin meledak. Perang dunia pun tak terelakan. Tiga banding satu. Jelas Nadia kalah. Tak perlu lama, Nadia sudah jatuh terduduk lemas. Rambutnya sudah basah dan sakit karena dijambak, pjpinya sakit kena tamparan. Kepalanya terasa pening.
“Beraninya cuma keroyokan!” bentak seorang cowok dengan tegas. Serempak trio geng labrak menoleh untuk melihat orang itu, Nadia juga ingin, tapi tertutup oleh Linda. Dari suaranya Nadia sudah tau. Tapi ia nggak tau benar apa salah.

“Pergi loe semua. Sebelum gue laporin.” ujar cowok itu singkat. Samar-samar Nadia melihat geng labrak pergi dengan buru-buru. Lalu cowok tadi menghampiri Nadia dan membantunya untuk berdiri.
“Loe nggak apa-apa kan, Nad?” sesal Reno.
“Nggak apa-apa dari hongkong!?”
***
Hujan rintik-rintik membasahi bumi. Nadia dan Reno berada di ruang UKS. Nadia membaringkan diri tempat tidur yang tersedia di UKS. Reno memegangi sapu tangan dingin yang diletakkan di sekitar pipi Nadia. Nadia lemas luar biasa. Kalau dia masih punya tenaga, dia nggak bakalan mau tangan Nadia nyentuh pipinya sendiri. Tapi karena terpaksa. Mau gimana lagi.
“Ntar loe pulang gimana?” tanya Reno polos.
“Nggak gimana-mana. Pulang ya pulang.” jawab Nadia jutek. Rasanya Nadia makin benci sama yang namanya Reno. Gara-gara Reno dirinya dilabrak hidup-hidup. Tapi kalau Reno enggak datang. Mungkin dia bakal pingsan duluan sebelum ditemukan.
“Tadi itu cewek loe ya?” ucap Nadia dengan wajah jengkel.
“Nggak.” ucap Reno datar.


“Terus kok dia malah ngelabrak gue? Nyuruh jauhin loe segala. Emang dia siapa?” gerutu Nadia kesal seribu kesal. Ups! Kok gue ngomong kayak gue enggak mau jauh-jauh sama Reno. Aduuuhh…
Reno sejenak tersenyum.
“Dia tuh cewek yang gue tolak. Jadi dia tau semuanya tentang gue dan termasuk tentang lo” ucap Reno sambil menunjuk Nadia.
Nadia terdiam. Dia nggak tau harus ngapain setelah Reno menunjuknya. Padahal cuma nunjuk. “Nanti bisa pulang sendiri kan?” tanya Reno.
“Bisalah. Emang loe mau nganter gue pulang?”
“Emang loe kira gue udah lupa sama rumah loe? Jangan kira lo nolak gue terus gue depresi terus lupain segala sesuatu tentang diri loe. Gue masih paham benar tentang diri loe. Malah perasaan gue masih sama kayak dulu.” jelas Reno sejelas-selasnya. Reno pikir sekarang udah saatnya ngungkapin unek-uneknya.
“Loe ngomong kayak gitu lagi, gue tonjok jidat loe!” ancam Nadia. Nih orang emang sinting. Gue baru kena musibah yang bikin kepala pusing, malah di kasih obrolan yang makin pusing.
“Perasaan gue masih kayak dulu, belum berubah sedikit pun. Asal loe tau, gue selalu cari gara-gara ama loe itu ada maksudnya. Gue nggak pengen kita musuhan, diem-dieman, atau apalah. Pas loe nolak gue, gue nggak terima. Tapi seiring berjalannya waktu, kita dapet sekolah yang sama. Gue coba buat nerima. Tapi nggak tau kenapa loe malah diemin gue. Akhirnya gue kesel, dan tanpa sadar gue malah ngajakin loe berantem.” Sejenak Reno menanrik nafas.

“Loe mau nggak jadi pacar gue? Apapun jawabannya gue terima.”
Hening sejenak diantara mereka berdua.
“Kayaknya gue pulang duluan deh.” Ucap Nadia sambil buru-buru mengambil tasnya. Inilah kebiasaan Nadia, selalu mengelak selalu menghindar pada realita. Ia bener-bener nggak tau harus ngapain. Dulu ia nolak Reno karena Nesya juga suka Reno. Tapi sekarang?
“Besok gue udah nggak sekolah disini. Gue pindah sekolah.” Rno berbicara tepat saat Nadia sudah berada di ambang pintu UKS.
Nadia terdiam tak sanggup berkata-kata. Di langkahkan kakinya pergi meninggalkan UKS. Meninggalkan Reno yang termenung sendiri.
***
Kelas masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang baru datang. Diliriknya bangku sebelah. Nesya belum datang. Nadia sendiri tumben datang pagi. Biasanya ia datang 5 menit sebelum bel, disaat kelas sudah padat akan penduduk. Semalam Nadia nggak bisa tidur. Entah kenapa bayangan Reno selalu terbesit di benaknya. Apa benar Reno pindah sekolah? Kenapa harus pindah? Peduli amat Reno mau pindah apa nggak, batin Nadia. “Argggg… Kenapa sih gue mikir dia terus?”
“Mikirin Reno maksud loe?” ucap Nesya tiba-tiba udah ada disamping Nadia.
“Nih hadiah dari pangeran loe.” Di lihatnya Nesya mengeluarkan kotak biru berukuran sedang. Karena penasaran dengan cepat Nadia membuka kotak tersebut. Isinya bingkai foto bermotif rainbow dengan foto Nadia dan Reno saat mengikuti MOS SMP didalamnya. Terdapat sebuah kertas. Dengan segera dibacanya surat tersebut.

Dear Nadia,
Inget ga pertama kali kita kenalan? Pas itu loe nangis gara-gara di hukum sama kakak kelas. Dalam hati gue ketawa, kok ada sih cewek cengeng kayak gini? Hehe.. just kidding J. Loe dulu pernah bilang pengen liat pelangi tapi ga pernah kesampaian. Semoga loe seneng sama pelangi yang ada di bingkai foto. Mungkin gue ga bisa nunjukin pelangi saat ini coz gue harus ikut ortu yang pindah tugas. Tapi suatu hari nanti gue bakal nunjukin ke loe gimana indahnya pelangi. Tunggu gue dua tahun lagi. Saat waktu itu tiba, ga ada alasan buat loe ga mau jadi pacar gue. I Love You…
                                                                                                                          Salam Sayang,

                                                                                                                       Reno Purwanto


“Kenapa loe nggak mau nerima dia? Gue tau loe suka Reno tapi lo nggak mau nyakitin gue.” sejenak Nesya tersenyum.
“Percaya deh, sekarang gue udah nggak ada rasa sama Reno. Dia cuma temen kecil gue dan nggak akan lebih.” Ujar Nesya menyakinkan Nadia.
“Thanks Sya. Loe emang sahabat terbaik gue.” ucap Nadia tulus.
“Tapi gue tetap pada prinsip gue.” Ucap Nadia yakin.
Nesya terlihat menerawang.

“Jujur, waktu gue tau Reno suka sama loe dan cuma nganggep gue sebagai temen kecilnya. Gue pengen teriak sama semua orang, kenapa dunia enggak adil sama gue. Tapi seiring berjalannya waktu gue sadar kalo nggak semua yang kita inginkan adalah yang terbaik untuk kita.” senyum kembali menghiasi wajah mungilnya.
“Dan lo harus janji sama gue kalo loe bakal jujur tentang persaan lo sama Reno. Janji?” lanjut Nesya sambil mengangkat jari kelingkingnya.

Ingin rasanya Nadia menolak tetapi Nesya terlalu baik baginya. Dia sendiri tau sampai saat ini Nesya belum sepenuhnya melupakan Reno. Tapi Nadia juga tak ingin mengecewakan Nesya. Berlahan diangkatnya jari kelingkingnya.
“Janji..” gumam Nadia lirih.

Bagaimana, Romanatis bukan novel cinta yang berjudul berawal dari benci ini? semoga bermanfaat dan bisa untuk mengisi waktu luan dengan positif

         Kau tahu? Orang yang paling aku benci di sekolah ku adalah.. Reyfanya, atau biasa dipanggil Rey. Cowok berumur 15 tahun itu adalah teman satu kelasku. Jujur saja, semenjak aku kenal dia, emosi jadi tak terkendali! Mengapa begitu? Itu karena Rey selalu menjahili ku SETIAP HARI!! Ih .. kesel banget kan! Apalagi aku tipe anak yang mudah emosi dan susah diajak bercanda.
Rey sebenarnya pindahan dari SMA kota seberang, sekitar 2 bulan lalu. Ia lumayan pintar tetapi sayang sifat jahil nya pada ku, hampir membuat ku frustasi walau demikian. Rey sebenarnya tampan. Ia memiliki rambut bewarna hitam pekat yang keren, kedua bola mata coklat muda yang terang dan hidung macung serta kulit hitam manis. Badan tinggi ideal. Duh, nggak kebayang banget kan sosok Rey itu. Tapi.. ada tapi nya lho! Rey itu NYEBELIN ! dan kelakuannya ke aku tuh, ngebuat aku marah mulu. Entah, kemana dia betah banget ngejailin aku. Padahal aku udah sering banget marah-marah sama dia. Tapi dia tetep aja tegar buat ngejailin aku.
Hari ini, tepatnya adalah hari sabtu. Hari dimana rolling tempat duduk! Wah.. aku berharap banget nggak sebangku sama Rey, seandainya terjadi.. matilah aku. Aku berdoa tak henti dalam hati sebelum bu Fika, wali kelas kami hendak rolling tempat duduk.
“baiklah, sekarang.. Jifa dan Tyas duduk di barisan paling depan sebelah kanan.. hmm lalu.. Eli dan Rey duduk di bangku belakang Jifa dan Tyas..” apa! Aku..aku sebangku dengan Rey!? Oh tidak..tidak, pasti ibu salah nyebut nama.
“Ibu..! ibu salah nyebut nama kali! Aku nggak mau sebangku sama Rey!”
“Ibu nggak salah nyebut kok, El. Eh nggak boleh gitu, nggak boleh pilih-pilih teman”
“Tapi bu...”
“Udah nggak ada tapi-tapian. Cepet sana kamu duduk sama Rey!”
Aku menunduk lesu mendengar ucapan bu Fika. Aku segera mengedong tas ku kemudian pindah di belakang Jika dan Tyas. Terlihat disana sudah ada Rey yang menepati bangku sebelah kanan.
“Hai teman sebangku baru.. hahaha ..” celetuk Rey santai. Aku hanya membuang wajah, kesal.. hih! NIGHTMARE!!
Pelajaran hari ini terasa sangat lama dan membosankan, apalagi karena aku sebangku dengan bakteri perusak mood hati ku. Rey. Ahh.. lagi pula kenapa ya bu Fika sampai-sampai mempasangkan aku dengan Rey? Apa nggak ada orang lain lagi ya? Mana rolling tempat duduk empat bulan lagi.. astaga. . mau mati saja aku.
Sudah terlintas di pikiran ku, apa saja hal jail yang siap-siap menerkam diri ku hidup-hidup. Dan mungkin akan ada banyak emosi yang keluar sia-sia hanya karena kejahilan seorang siswa SMA berumur 15 tahun itu.
Eerrgh.. aku masih ingat, dengan kejahilan Rey  satu minggu yang lalu ketika aku mendapat nilai ulangan harian matematika terburuk di kelas. ketika aku selesai melihat hasil ulangan harian yang memalukan itu, aku menaruh nya di kolong meja, bukan ditas. Kemudian, begitu istirahat aku langsung menuju kantin tanpa memikirkan hasil ulangan harian itu.
Sekitar dua puluh menit lebih jajan dan makan, kemudian Ires dan Jani, teman sekelasku mengajak ku untuk ke mading sekolah. Ceritanya sih mereka ingin lihat info terbaru berita di sekolah. Ya, berhubung untuk menyegarkan pikiran ku dari nilai memalukan itu, aku pun mau.
Tapi.. alangkah kagetnya aku begitu aku sampai di depan mading itu..!! selembar kertas yang tak asing bagiku tengah tergantung dengan erat di salah satu papan mading! Astaga..! itu kan kertas hasil ulangan matematika ku yang jelek!
“Hahaha.. jelek banget tuh nilainya!! Apes ya!” celetuk salah seorang di sampingku yang melihat selembar kertas itu.
“Kurang belajar tuh orang.. hahaha” tambah temannya disamping.
Wajah ku memerah seketika, jantungku berdebar kencang. Kugepalkan kedua tangan ku dengan erat. kesal! Kesal! Kerjaan siapa ini!?
“Hahaha ya iyah lah.. dia tuh kebanyakan marah, jadi nilainya jelek..!!” suara Rey terdengar jelas dari arah belakang ku. Sontak aku langsung menoleh ke belakang dan memandang wajahnya tajam.
“Kenapa lihat-lihat?”  katanya dengan wajah tanpa dosa.
Aku tak menjawab nya, aku makin menatap nya dengan tajam tanpa celah lembut. Dan.. PLAAAAKKK!!! Tangan kanan ku menampar pipi kanan Rey yang bewarna putih itu sampai merah. Kemudian aku segera mengambil kertas ulangan ku yang menempel erat di mading sekolah dengan paksa sampai sobek, kemudian kusobek kertas ulangan itu kecil-kecil dihadapan Rey dan sekitar orang yang berada di depan mading.
“KALIAN LIHAT! KALIAN MEMANG HINA DARIPADA SEEKOR HEWAN SEKALIPUN! ENYAH LAH KALIAN! DAN KAU REY! KAU MEMANG PANTAS DAPATKAN TAMPARAN ITU! SIALAN KAU!” bentak ku keras, sontak semua orang di sekitar ku diam, keadaan pun mendadak hening. Padahal tadi terasa sangat ramai.
Aku meneteskan air mata, sambil meninggalkan mereka.. aku menjerit keras, kesal! Baru kali ini aku merasakan kejahilan Rey yang luar biasa memalukan dan menyakitkan! Candaan nya lebih garing dari pada tanah kering kerontang.
Dan itulah ceritanya kenapa aku begitu najis dan kesal begitu tau kalau aku akan sebangku dengan makhluk alien itu. Tapi , ya sudah lah.. aku harus bersabar.. karena tanpa aku sadari ada suatu hikmah.. mungkin aku harus belajar lebih giat lagi.
Aku menghela nafas dalam-dalam, ku melirik ke arah Rey yang tengah sibuk menulis sesuatu, di diary. Dia sangat serius tak menoleh sedikit pun dari buku diarynya. Aku hanya cekikikan melihat dia begitu seriusnya menulis di diary. Ya maklum, rasanya aneh kalau ada anak cowok yang hobbynya menulis diary, nggak salah sih. Cuma aneh.
Tiba-tiba ia memandang ku, wajahnya langsung ceria dan ukiran wajah seriusnya mendadak pudar menjadi wajah ceria dihiasi senyum mengembang. Dan .. ternyata itu akal bulus. Ketika aku lengah memperhatikan wajahnya.. ternyata Rey mengambil buku tulis biologi ku yang berada di kolong meja. Untung saja dia tertangkap basah, jadi ia tak jadi mengambilnya. Melainkan tertawa.
“Kamu tahu? Hampir dua puluh kali aku menjahili mu.. respon mu mirip.. hmmm..” tiba-tiba ia tak melanjutkan ucapannya. Ia hanya diam.
“Apa? Jangan di misteriussin gitu ih!”
“Oh, ya .. kamu pernah jadi korban kecelakaan sepedah motor tiga tahun yang lalu ya? Sebelum masuk SMA?”
Aku terkejut mendengar ucapannya. Mendadak jantungku berdebar kencang.. aku menjadi mengingat kenangan buruk ketika aku kecelakaan sepedah motor yang sangat tragis.. tapi, kenapa ia bisa tahu? Apa berita itu sampai ke koran?
Kecelakaan motor tiga tahun lalu.. ketika aku kelas 3 SMP.. aku mengalami kecelakaan itu bersama kekasih ku, yang saat itu sama-sama kelas 3 SMP. Malam itu sangat gelap dan dingin, kami baru saja pulang nge datedari restoran di kota. Dia melaju motornya dengan kencang, karena ingin cepat sampai. tiba-tiba ada truk yang melaju kencang dari arah belakang, karena kehilangan kendali.. truk itu menabrak kami, sehingga terjadilah kecelakaan hebat.
Aku tak begitu ingat apa yang terjadi, tapi yang aku ingat sebelum aku pingsan. Kepalaku terbentur hebat dan.. pacar ku, aku tak melihat dia dimana.. dan seketika itu pula semua menjadi gelap. Ketika aku sadar, kudapati diriku dirumah sakit bersama ibu. Ibu bilang aku koma hampir dua bulan, dan ibu juga bilang sebagian dari ingatan ku hilang.. aku tak tahu ingatan yang mana yang hilang.  Tapi yang jelas, semenjak kecelakaan itu, aku tak mengingat soal pacarku bahkan aku tak tahu ia seperti apa. Pokoknya aku hilang ingatan tentang dia.
Cerita dan kejadian kecelakaan ini aku ingat pelan-pelan, setelah mengikuti terapi di rumah sakit. Memang ingatan ku soal tragedi kecelakaan itu dapat kuingat.. hanya saja, aku masih tetap tidak tahu wajah pacarku. Bahkan, aku tak punya foto nya sama sekali, baik itu di album photo atau di ponsel.
Kau tahu? Aku pernah berusaha mengingat wajahnya, namun hasil nya nihil. Yang ada malah, kepalaku mau pecah, mungkin aku tak bisa memaksakannya.
Sontak ketika mendengar ucapan Rey soal kecelakaan itu, aku menjadi ingat detik-detik kelabu itu.
“Tau darimana?”
“Tau aja! Oh ya, Eli. Pulang sekolah, aku mau ngomong sama kamu.. tapi dirumah aku ya? Bisa nggak?”
Ha!? Makhluk alien ini mengundang aku kerumahnya!? Wow.. mau apa dia? Hmm.. terima atau nggak ya?
“Ngapain?”
“Ih banyak bacot! Udah pokoknya ikut! Kalau nggak aku jailin lebih parah!” ancamnya tajam. Wow! Aku pun terpaksa mengangguk kepala.

                       +++
Kediaman Rey lumayan besar dan luas, dengan cat bewarna orange tua dan putih. Pekarangan rumahnya dipenuhi oleh tanaman hias dan ada kolam ikan kecil pula. Rey mengajak ku untuk ke kamarnya yang berada di dekat ruang TV.
Dengan langkah kikuk aku mulai memasuki kamar Rey, cowok jail itu. Tapi .. ada suatu yang ganjal! Kenapa banyak foto wanita.. hmm yang lebih tepatnya aku!?
“Kok banyak foto aku? Kamu..kamu suka aku ya?”
Aku memandangi seisi kamar Rey yang dipenuhi oleh foto diriku, ada selembar kertas yang ia tempelkan dengan erat di dinding kamarnya. Lalu ada sebuah kotak pink besar yang ia taruh di atas kasurnya.
“Coba kamu buka ini.. asal kamu tahu El, aku pacar kamu. Kamu lupa ya? Gara-gara kecelakaan itu..” Apa!? Mahkluk alien jahil ini pacarku!? Wow..wow.. dia bercanda kali ya?
“Eeh! Pacar aku!? Bohong! Jangan bercanda dong Rey, enggak lucu tahu!” bentakku kesal sambil melempar Rey dengan guling yang berada di kasurnya.
“Makanya, liat ini dulu!” katanya sambil memberi ku sebuah kotak pink besar.
Aku kemudian mengambil kotak itu, lalu aku membuka tutup kotak itu dan alangkah kagetnya aku..! ternyata, disana ada banyak tumpukan foto ku, ada permen lolipop warna pink berbentuk hati, permen kesukaan ku. Dan .. hmm.. ada sebuah cincin perak yang terdapat goresan nama di sekitarnya.. ha!? Goresan nama itu adalah.. nama aku dan Rey! Oh sialan! Nggak mungkin! Nggak mungkin Rey pacarku!
“Kebodohan macam apa lagi yang mau kamu kasih ke aku!?”
“Ya ampun.. Eli, aku nggak lagi bercanda! Ini semua barang kita! Kamu lupa? Kita kan dari kelas 3 SMP udah pacaran. Terus kamu mengalami kecelakaan sama aku, aku terluka tak terlalu parah dan hanya dirawat dua hari saja, tapi kamu. Kamu sampai koma. Selama kamu koma, aku selalu menunggu mu setiap harinya, berharap kamu akan tersadar dan melihat wajahku. Namun sayang, sebelum kamu sadar dari koma, aku harus pindah ke kota di seberang.. masih kurang jelas?” katanya panjang lebar, berusaha menyakinkan.
Aku menunduk, termenung,bingung! Lantas.. kalau Rey benar-benar pacarku, kenapa dia selalu menjahili ku sampai menangis.
“Lantas.. kenapa kamu suka jailin aku sampai hatiku sakit!?
“Oke maaf soal itu.. habis aku harus yakin! Aku harus yakin kalau kamu itu Eli Viota! Aku menjahili mu sampai dua puluh kali dan setiap aku menjahili mu, aku selalu catat setiap ekpresi marah, senang, dan jengkel bahkan wajah mu ketika menangis.. aku harus yakin kalau kamu Eli, pacar ku dulu. Dan setelah aku menganalisa semuanya, ternyata semuanya sama.. dan aku yakin kamu Eli.. ya ampun Eli, ini aku Reyfanya.. kekasih mu dulu!”
Jantungku berdetak kencang, air mataku perlahan menetes tak kuasa menahan haru.. setelah bertahun-tahun aku mencari jawaban atas wajah kekasih ku.. dan ternyata kini, aku telah menemukannya.. yeah, aku telah menemukannya.
Aku segera memeluk erat Rey, menangis di pelukannya.. oh ya Tuhan, aku merasakan kehangatan cinta di hatinya. Rasanya sangat hangat dan manis.. kini, aku tak perlu susah-susah mencari jawaban semuanya. Aku kini.. ingat! Ya aku ingat semuanya, aku ingat siapa Rey sekarang, aku ingat apa saja yang terjadi ketika kami berpacaran.. aku ingat semua.. aku ingat hal-hal manis dan lucu yang pernah kami lalui bersama. Tuhan, terimakasih.
“Tapi.. maaf ya, Eli. Rey nggak bisa nemenin Eli untuk lama lagi.. besok juga, Rey udah pindah ke luar kota.. maaf”
Apa!? Baru saja aku menemukan sebagian ingatan yang hilang, kini ingatan itu harus hilang lagi.. bersama dia! Tidak..tidak!
“Rey janji saat ulang tahun Eli yang ke-18 .. Rey udah datang di hadapan Rey dan jadi orang pertama yang ucapin HBD ke Eli”
“Sungguh..Rey? janji ya?”
“Iyah, Elii..”
“Eli belum punya pacarkan?”
“Belum..”
“Berarti kita masih pacaran dong ya?”
“Iyah!”
Kami berdua kembali berpelukan, rasanya aku sudah lama tak merasakan pelukan sehangat ini..

                                                 +++
3 bulan kemudian..
Jam menunjukkan pukul 23.56 , tapi Rey belum juga datang. Padahal aku sudah memberi tahu dia untuk datang pukul 17.30 dan datang kerumahku. Karena pukul dua belas malam pas, aku sudah berusia 18 tahun. Padahal aku sangat ingin Rey menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku.
“Rey bodoh! Bodoh! Nggak datang juga!” gerutu ku kesal sambil menghepaskan bola kasti di hadapan ku ke arah belakang ku tanpa melihat.
“Aaww!” aku mendengar suara Rey menjerit, ha? Itu berarti...!!
Aku segera menoleh ke belakang dan benar saja ada REY! YA AMPUN ITU REY! Ia tengah membawa kueh blackforest yang ditengahnya terdapat tulisan “happy birthday my honey, Eli V”.
Setelah ia menaruh kueh itu di meja tamu, kemudian ia segera memeluk tubuh ku erat, kemudian  mencium pipi ku dengan hangat, seraya berbisik “Selamat ulangtahun ke-18 Eli sayang, Rey adalah orang pertama yang bilang ultah ke Eli”
Aku tersenyum senang, merasa sangat bahagia karena ada Rey.
“Suprize Eli! Dari jam sembilan juga Rey udah ada dirumah  Eli, cuman Rey sembunyi.. hihih” katanya kemudian.
“Eli.. mau nggak jadi tunangan Rey?” ucapnya manis, sambil mengeluarkan sebuah kotak tempat cincin dari saku bajunya.
Aku menangis haru dan gugup, ia kemudian tersenyum. “Iyah, Eli mau kok..” begitu mendengar ucapan ku, Rey segera memasangkan cincin tunangan itu. Dan malam itu yeah.. kami benar-benar menjadi sepasang tunangan yang bahagia!

No comments:

Post a Comment